CERITASEX888-Sudah ada tiga bulan suamiku mengikuti pendidikan untuk mendapatkan alih
golongan. Terasa aku begitu gersang. Aku butuh sentuhan seorang
laki-laki, terlebih pada malam seperti ini. Haruskah aku mencarinya?
Tapi bagaimana caranya?
Malam itu aku tak bisa berbuat apa-apa selain berusaha menghilangkan
kebutuhanku akan seks. Jam sudah menunjukkan pukul 01.00. Sebentar lagi
ayam akan berkokok. Tapi mataku belum juga terpejam. Aku keluar dari
kamarku, hanya mengenakan daster miniku. Aku ke kamar mandi karena kamar
mandi kami hanya satu dari type rumah 45 itu.
Karena udara sangat gerah, aku hanya memakai daster mini yang tipis,
tanpa celana dlaam dan Bra. AKu mau keluar dari kamar mandi, aku
mendengar ada orang menuangkan air dari termos. Mungkin mau membuat teh
atau kopi. Dari suaranya aku tau, dia adalah Marwan. Adikku yang tingal
bersamaku sejak setahun lalu. cerita sedarah.
“Kamu belum tidur, Mar..?” tanyaku.
“Belum. Masih banyak tugas yang belum selesai. Besok harus kumpul,” jawabny tenang. Tatapannya tenang, namun terasa sangat tajam ke sekujur tubuhku. Marwan memakai celana pendek saja, bertelanjang dada. Aku terkesiap melihat dadanya yang bidang. Marwan berusia 20 tahun, mahasiswa arsitektur. Usiaku lima tahun di atasnya.
“Belum. Masih banyak tugas yang belum selesai. Besok harus kumpul,” jawabny tenang. Tatapannya tenang, namun terasa sangat tajam ke sekujur tubuhku. Marwan memakai celana pendek saja, bertelanjang dada. Aku terkesiap melihat dadanya yang bidang. Marwan berusia 20 tahun, mahasiswa arsitektur. Usiaku lima tahun di atasnya.
Lampu memang terang berderang di dapaur kami. Pakaianku yang tipis tanpa
kusadari, membuatnya terus tak berkedip. Saat aku sadar kalau tubuhku
dari balik daster mini yang tipis pelepas gerah itu, membuatnya matanya
tak berkedip, justru sebaliknya aku menjadi semakin bergairah. Tapi…
Marwan adalah adikku. Adik kandungku. Tapi aku sangat membutuhkan
sentuhan laki-laki. Tiga hari ini, aku begitu membutuhkannya. Tapi kali
ini, aku begitu sangat dan sangat membutuhkannya. Tubuhku sedikit
menghangat. Gairah seks ku sangat tinggi malam itu. Tanpa ragu kudekati
adikku. Kurangkul dia dari belakang dan merapatkan tetekku ke
punggungnya. Entah darimana datangnya keberanianku itu. cerita sedarah.
“Mbaaakkk….”
Hanya itu yang terdengar dari mulutnya. Aku meneruskan elusanku ke dadanya dari belakang, sembari menggesek-gesekkan tetekku ke pungungnya. AKu begitu menikmatinya. Dasterku memang sangat tipis dan longgar. Kuciumi tengkuknya dan Marwan hanya mendesah saja, tidak menolakku.udah tak perduli, apakah dia menolak atau tidak.
Hanya itu yang terdengar dari mulutnya. Aku meneruskan elusanku ke dadanya dari belakang, sembari menggesek-gesekkan tetekku ke pungungnya. AKu begitu menikmatinya. Dasterku memang sangat tipis dan longgar. Kuciumi tengkuknya dan Marwan hanya mendesah saja, tidak menolakku.udah tak perduli, apakah dia menolak atau tidak.
Tanganku terus meraba perutnya dan menyelusup ke dalam celananya. Baeru
saja tanganku memasuki celana pendeknya, aku mengetahui, kalau Marwan
tidak memakai celana dalam. Langsung tanganku menyentuh jembutnya dan
terus makin ke bawah mengelus kontolnya. cerita sedarah.
“Mbaaakkk…”
Kulepaskan kancing celana dan memelorotkan celana itu sampai ke bawah.
“Ayo lepaskan dahagi Mbak, dik. Mbak sangat membutuhkannya malam ini,” [pintaku menghiba. Kulepas pelukanku sesaat dan kulepas dasterku. AKu sudah bertelanjang bulat dihadapannya dan celananya sudah kulepas dari tubuhnya.
Kulepaskan kancing celana dan memelorotkan celana itu sampai ke bawah.
“Ayo lepaskan dahagi Mbak, dik. Mbak sangat membutuhkannya malam ini,” [pintaku menghiba. Kulepas pelukanku sesaat dan kulepas dasterku. AKu sudah bertelanjang bulat dihadapannya dan celananya sudah kulepas dari tubuhnya.
Kuhadapkan tubuhnya dan aku memaluknya. Tetekku begitu rapat ke dadanya.
Kujilati tengkuknya dan kubelai-belai tubuhnya dengan lembut. cerita
sedarah.
“Ayo…dong…”
“Ayo…dong…”
“Di sini?” tanyanya. Aku mengerti apa maksudnya. Dengan cepat kutarik
tangannya ke kamarnya, agar dua anakku yang masih sangat kecil tidur
bersamaku di kamar tidurku tidak terganggu. Cepat kututup pintu.
Langusng kupeluk dirinya dan kulumat bibirnya dengan buas. AKu sudah tak
perduli siapa dia, adik kandungku sendiri.
Aku tahu, vaginaku sudah sangat basah. Kuraba kontolnya yang juga sudah mengeras.
Marwan membalas ciumanku. Lidahku diisapnya dengan lembut dan dipermainkannya dalam mjulutnya. Aku senang sekali. Ternyata aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku merasakan sekujur tubuhnya menghangat.
Marwan membalas ciumanku. Lidahku diisapnya dengan lembut dan dipermainkannya dalam mjulutnya. Aku senang sekali. Ternyata aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku merasakan sekujur tubuhnya menghangat.
“Ayo Mar, dimasukkan cepat. Aku sudah sangat….”
Adikku secepatnya membimbingku ke tempat tidurnya berukuran 3 kaki. Aku sudah terlentang. Ingin aku kontolnya yang keras itu menghunjam-hunjam vaginaku dengan kuat. Tapi Marwan, justru mengangkangkan kedua pahaku dan mulutnya menjilati vaginaku.
Adikku secepatnya membimbingku ke tempat tidurnya berukuran 3 kaki. Aku sudah terlentang. Ingin aku kontolnya yang keras itu menghunjam-hunjam vaginaku dengan kuat. Tapi Marwan, justru mengangkangkan kedua pahaku dan mulutnya menjilati vaginaku.
Lidahnya bermain-main di lubang vaginaku. Aku tak mampu menahan rasa
nikmatku. Kujepit kepalanya dengan kedau kakiku dengan sekuat-kuatnya.
Aku orgasme. Kuremas kepalanya sekuat-kuatnya dan aku mendesah panjang.
Lidahnya masih juga terus bermain di vaginaku. cerita sedarah.
Tak lama aku lemas. Kuserahkan segalanya kepadala adikku, apa maunya.
Marwan melapas jilatannya dari vaginaku. Kini aku sudah ditindihnya.
Perlahan dan pasti, dia mencucukkan kontolnya yang keras ke dalam
vaginaku.
Oh…terasa kontol itu memenuhi rongga vaginaku. Hangat dan keras.
Gesekannya begitu mengairahkan. Leherku dijilatinya dan tetekku
dielus-elusnya. Perlakuannya itu, membuatkua bergairah kembali.
Perlahan, kuimbangi permainannya. cerita sedarah.
“Sudah lama aku menginginkan ini…” bisik Marwan adikku ke telingaku.
“Kenapa kamu tidak bilang…?” bisikku pula di sela-sela ayunan kedua kakiku menggoyang kontolnya dalam vaginaku.
“Aku takut, Mbak…”
“Ya…sudah, mulai malam ini aku menjadi milikmu. Kita boleh melepaskan keindahan dan kenikmatan ini sepuas-puasnya jika ada kesempatan,” bisikku.
“Kenapa kamu tidak bilang…?” bisikku pula di sela-sela ayunan kedua kakiku menggoyang kontolnya dalam vaginaku.
“Aku takut, Mbak…”
“Ya…sudah, mulai malam ini aku menjadi milikmu. Kita boleh melepaskan keindahan dan kenikmatan ini sepuas-puasnya jika ada kesempatan,” bisikku.
Marwan terus mempermainkan kontolnya keluar-masuk dalam liag vaginaku.
Aku merasakan tubuhku berada di awang-awang. Tinggi dan penuh sensasi.
“Mbaaakkk…” rintihnya.
“Terus sayang. Mbak sudah mau sampai,” bisikku memohon.
“Mbaaakkk…” rintihnya.
“Terus sayang. Mbak sudah mau sampai,” bisikku memohon.
Adikku memompa tubuhku lebih cepat dan lebih agresif lagi.
Dipeluknya aku kuat-kuat dan ditekannya sekuat-kuatnya ke dalam vaginaku. AKu merasakan ujung kontol itu, sudah kandas di ujung lubang vaginaku. AKu menjepit kembali pinggangnya dengan kedua kakiku sekuat-kuatnya dan membalas pelukannya sekuat-kuatnya pula. cerita sedarah.
Dipeluknya aku kuat-kuat dan ditekannya sekuat-kuatnya ke dalam vaginaku. AKu merasakan ujung kontol itu, sudah kandas di ujung lubang vaginaku. AKu menjepit kembali pinggangnya dengan kedua kakiku sekuat-kuatnya dan membalas pelukannya sekuat-kuatnya pula. cerita sedarah.
“Ah….. Mbaaaakkkkk…”
“Diiiikkkkk…. kita sampaiiiii,” balasku. AKu merasakan begitu hangatnya semprotran spermanya ke dalam tubuhku. Begitu jauh semprotan itu.
“Diiiikkkkk…. kita sampaiiiii,” balasku. AKu merasakan begitu hangatnya semprotran spermanya ke dalam tubuhku. Begitu jauh semprotan itu.
“Dik… Mbak pasti hamil ni. Mbak merasakan spermamu begitu jauh ke dalam
liangku. Ke dalam peranakanku. Ini pasti anakmu dik,” kataku penuh
optimis. Aku tahu, beratus kali aku bersenggama dengan Mas Dibyo
suamiku. Saat aku akan hamil, aku tahu sperma itu akan membuahiku. Aku
merasakan saat tubuhku hangat dan terasa seperti meriang, tapi nafsu
seks ku sangat tingi, saat itu aku pasti hamil. Terlebih ketika sperma
itu menyemprot ke dalam tubuhku, aku merasakan jauh ke dalam dan tubuhku
menerimanya dengan kehangatan dan rasa nikmat yang tiada tara. cerita
sedarah.
“Mbak pasti hamil dik…” kataku pula.
“Lalu bagaimana, Mbak…?”
“Tak apa, seminggu lagi mas mu akan pulang, dik. Begitu pulang, kami akan bersetubuh. Tapi pasti aku hamil karean persetubuhan kita malam ini,” kataku.
“Lalu bagaimana, Mbak…?”
“Tak apa, seminggu lagi mas mu akan pulang, dik. Begitu pulang, kami akan bersetubuh. Tapi pasti aku hamil karean persetubuhan kita malam ini,” kataku.
“Kalau begitu, aku gak perlu takut dong, Bak. Anak ini, buah cinta kita
dan rahasia kita,” katanya membujukku. Aku tersenyum. Aku setuju. Aku
sangat menikmatinya. Ternyata dia sudah lama menginginkan persegtubuhan
denganku. Berarti aku tidak berdosa.
Malam itu, sebelum tidur, kami melakukannya sekali lagi. Menunggu
suamiku datang beberapa hari lagi, akhirnya kami memutuskan, setiap
malam kami melakukannya. cerita sedarah.
Benar apa yang kurasakan. Begitu aku periksa ke didokter, dokter menyalami suamiku.
“Isteri pak dibyo hamil dua minggu,” kata dokter. AKu tersenyum seakan kehamilan itu adalah kehamilan dari suamiku. Suamiku juga tersenyum.
“Isteri pak dibyo hamil dua minggu,” kata dokter. AKu tersenyum seakan kehamilan itu adalah kehamilan dari suamiku. Suamiku juga tersenyum.
Ketika pulang, di atas mobil sumiku berkata:” kamu sudah tau kalau aku
adalah lelaki sejati. Baru saja aku pulang, ternyata aku menghamilimu, ”
katanya bangga dan tersenyum. cerita sedarah.
Kubalas senyumannya dengan manis menunjuukan rasa simpatiku atas kebanggannya.
“Mas memang seorang suami yang hebat,” kataku bangga dan tersenyum semakin mungkin. Di tariknya terngkukku sembari menyetir dan diciumnya bibirku. Aku membalas ckiumannya.
“Mas memang seorang suami yang hebat,” kataku bangga dan tersenyum semakin mungkin. Di tariknya terngkukku sembari menyetir dan diciumnya bibirku. Aku membalas ckiumannya.
“Jaga bayi kita baik-baik,” katanya mengingatkan. Kembali aku tersenyum.
Di rumah, secara diam-diam aku menyerahkan hasil tes ku kepada adikku Marwan.
“Anakmu berada dalam rahumku,” bisikku dan aku tersenyum sembari mengedipkan mata.
Di rumah, secara diam-diam aku menyerahkan hasil tes ku kepada adikku Marwan.
“Anakmu berada dalam rahumku,” bisikku dan aku tersenyum sembari mengedipkan mata.
Marwan mebaca hasil tes ku. Dia tersenyum dan dengancepat dia kecup bibirku.
JUDI BOLA | UANG ASLI | BELI CHIP | JUDI SCORE | POKER ONLINE | AGEN POKER | PREDIKSI SCORE | PERHITUNGAN SCORE | JUDI ONLINE | TEBAK SCORE | HADIAH iPhone7